Analisa Sinetron "2 Wanita Cantik"






Sinetron “2 Wanita Cantik” yang tayang di SCTV ini berkisah tentang perjuangan hidup seorang gadis bernama Alena (Nikita Willy) dengan permasalahan hidup yang ia hadapi. Dimulai ketika Alena ingin dijual oleh ayah tirinya kepada seseorang bernama Haidar (Sultan Djorgie). Sinetron ini berisi tentang konflik keluarga dan juga kisah cinta ala remaja antara Alena dan Galang (Rezky Aditya). Tidak hanya sampai disitu, Alena pun sangat dibenci oleh Jelita (Ochi Rosdiana) karena ia mengira Alena adalah selingkuhan dari ayahnya dan juga kekasihnya, Bara (Donny Michael). Oleh karena itu, Jelita pun tak segan untuk berlaku jahat kepada Alena. Pada kesempatan kali ini, saya akan menganalisa sinetron ini berdasarkan perspektif dalam peran media menurut McQuail.


  • Windows
Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Sinetron ini mengisahkan tentang kehidupan Alena yang akan dijual oleh ayah tirinya. Dengan iming-iming uang sejumlah Rp100 juta, ayah tirinya bernama Edo (Anwar Fuadi)  tega menjual Alena kepada seseorang bernama Haidar. Alena pun berusaha keras untuk kabur dari Haidar. Alena pun juga dibully oleh Jelita karena Jelita mengira Alena merupakan selingkuhan dari Ayahnya.

Pada peran ini, penonton pun mampu melihat apa yang terjadi di sekelilingnya, yaitu tentang perdagangan manusia yang didasari atas iming-iming uang. Tak hanya itu, penonton juga dapat melihat tentang pembullyan yang terjadi terhadap Alena. Oleh karena itu, penonton dapat melihat kejadian di luar sana seperti perdagangan manusia dan juga pembullyan. 

  • Interpreter
Media membantu penonton untuk menfasirkan suatu peristiwa yang terjadi sehingga mereka memiliki persepsi secara individu.

Sinetron ini membantu penonton menafsirkan peristiwa yang dialami oleh Alena dengan menggambarkan betapa tersiksanya hidup Alena yang disebabkan oleh ayah tirinya yang ingin menjualnya. Cobaan hidup yang ia alami tidak menyurutkan sikap baiknya terhadap orang yang jahat terhadapnya seperti Jelita.

Oleh karena itu, penonton pun mulai berpendapat tentang peristiwa yang dialami Alena. Mulai dari yang menganggap Alena merupakan sosok yang malang dan baik hati, bahkan ada yang menafsirkan bahwa peristiwa yang dialami Alena terkesan berpura-pura. Dengan adanya sinetron ini, penonton dapat menilai bahwa perdagangan manusia dan pembullyan sangat merugikan orang lain. 

  • Platforms or Carriers
Media dipandang sebagai pembawa informasi. Komunikator memberikan informasi secara sukarela.

Sinetron ini memberikan informasi kepada penonton bahwa di luar sana masih banyak terjadi perdagangan manusia dan pembullyan. Namun, dengan ketegaran hati seorang wanita muda bernama Alena, ia mampu untuk meloloskan diri dari jeratan tersebut dan berkembang menjadi seorang model. Meskipun dia lolos, bukan berarti orang-orang yang tega akan menjualnya berhenti sampai di situ. Mereka tetap terus mengincar Alena, tetapi Alena tetap bersikap baik terhadap mereka. Seperti Pak Edo yang ditampung di rumah Galang bersama dengan Alena. Informasi-informasi tersebut dapat memberikan efek kepada penonton baik kognitif, afektif, hingga konatif. 

  • Interactive Communication
Media dianggap sebagai wahana diskusi dan melayani perbedaan pendapat atau feedback. Realitas di sini pada dasarnya sudah merupakan bahan perdebatan untuk sampai menjadi realitas intersubjektif.

Dalam sinetron ini, penonton memiliki pendapatnya masing-masing. Pendapat tersebut menjadi feedback bagi sinetron “2 Wanita Cantik”. Ada yang menganggap bahwa kisah Alena-Galang sangat menarik dan romantis. Namun, ada juga yang menganggap bahwa kisah Jelita-Radit lebih menarik dan menggemaskan. Peran-peran yang dimainkan pun tak luput diberikan tanggapan oleh penonton. Seperti peran Haidar yang bersikap jahat terhadap Alena sehingga penonton pun banyak yang membenci sosoknya. Tak hanya itu, mereka pun bisa sampai sebal dengan Sultan Djorgie sendiri. Semua itu merupakan feedback yang diberikan penonton terhadap sinetron ini. 
  • Signpost
Media dianggap memberikan penonton intruksi dan petunjuk. Media membuat audiens dapat mengetahui dengan tepat apa yang terjadi.

Sinetron ini menunjukkan sosok yang baik hati sebagai seseorang yang hidupnya teraniaya dan dibully oleh orang-orang yang kaya, sedangkan pemeran antagonis ditunjukkan dengan orang kaya, dan berwajah judes. Alena yang baik hati ditunjukkan dengan kisahnya yang teraniaya, sedangkan Jelita yang jahat ditunjukkan dengan hartanya, dan wajah judesnya. Dengan penggambaran tersebut, penonton mampu menunjuk mana pemeran yang baik pemeran yang jahat. 

  • Filters
Memandang media massa sebagai filter yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content yang lain berdasarkan standar para pengelolanya. Di sini penonton “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.

Sinetron ini lebih memilih menonjolkan tentang perjuangan hidup Alena. Meskipun berjudul “2 Wanita Cantik” yang merujuk pada sosok Jelita dan Alena, tetapi cerita Alena yang dipilih menjadi “tombak” dari sinetron ini. Hal ini bisa dikarenakan karena kisah Alena dapat menarik perhatian penonton. Perhatian penonton pun diarahkan kepada sosok Alena yang pekerja keras dan baik hati. Sifat-sifat ini lebih menarik perhatian penonton daripada sifat Jelita yang bawel dan manja. Namun, media tidak akan menggambarkan secara eksplisit bagaimana perdagangan manusia terjadi karena hal itu tidak layak untuk ditayangkan sehingga penggambarannya hanya garis besarnya saja. Oleh karena itu, media menyeleksi hal-hal yang layak untuk ditayangkan atau tidak.

  • Mirrors
Media dianggap sebagai cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Media hanya sebagai refleksi fakta terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya angle, arah, dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.

Bully yang dilakukan oleh Jelita dan Angel (Audi Marissa) seperti menuangkan minuman ke Alena memang terjadi di masyarakat. Tidak hanya itu, gaya berpacaran antara Galang dan Alena seperti berpelukan di tempat umum juga terjadi di masyarakat sehingga ditayangkan. Sinetron ini mampu merefleksikan fakta yang ada di masyarakat. Namun, sinetron ini tidak layak dikonsumsi bagi anak-anak karena konten ceritanya dan fakta yang direfleksikan hanya cocok untuk orang dewasa. Oleh sebab itu, sinetron ini tidak berada di prime time. 
  • Barrier

Media massa sering dianggap sebagai pengganggu dalam kehidupan. Dapat dikatakan, media mampu memisahkan publik dari realitas yang sebenarnya. Dalam hal ini, realitas yang ada di media bisa saja menyimpang dari kenyataan sesungguhnya. Jika anak yang belum cukup umur menonton sinetron ini, ada kemungkinan mereka akan meniru adegan yang ditayangkan, seperti aksi bullying yang dilakukan Jelita dan Angel terhadap Alena. Hal ini akan mengganggu kehidupan sang anak karena mereka tidak sepantasnya melakukan hal seperti itu.

Komentar

Postingan Populer